Memberikan ASI eksklusif terkadang tidak selamanya berjalan dengan lancar. Bahkan sensasinya seperti naik rollercoaster, kadang “naik” kadang “turun”, tak jarang banyak Bunda yang mengalami kesulitan dan tantangan selama proses meyusui.
Tapi, itu semua bisa di lalui dengan baik
asalkan terdapat tekad yang kuat untuk memberikan investasi terbaik
bagi sang buah hati. Hal umum yang sering di khawatirkan para Bunda dan
sering membuat kepanikan adalah berkurangnya produksi ASI. Kita semua
sepakat bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Akan tetapi, ASI
ternyata tidak selalu serta merta dapat keluar dengan lancar.
Keluarnya ASI sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor utama yang mempengaruhinya adalah faktor hormonal, yaitu hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI dan oksitosin
yang berperan merangsang keluarnya ASI. Hormon prolaktin di produksi
oleh kelenjar pituari yang berada di dalam otak dan berpengaruh terhadap
berbagai fungsi fisiologis tubuh. Jumlah hormon prolaktin di pengaruhi oleh nutrisi yang di konsumsi Bunda, serta di pengaruhi juga oleh frekuensi isapan bayi.
Sehingga semakin sering bayi menghisap, maka hormon yang yang diproduksi pun akan semakin banyak.
Sementara hormon oksitosin yang merangsang keluarnya asi, sering di sebut sebagai hormon cinta, karena hormon ini di pengaruhi oleh
psikologis serta suasana hati Bunda. Oleh karena itu, penting sekali
bagi ibu yang menyusui untuk menjaga suasana hati dan jiwa agar tetap dalam kondisi baik dan bahagia. Keadaan ibu yang lelah dan stress akan mempengaruhi hormon oksitosin, dan akan menghambat lancarnya ASI.
Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi dan lancarnya ASI:
- Bunda dalam keadaan tenang
- Bunda melihat, mencium, mendengar celoteh dan memikirkan bayi dengan kasih sayang
- Ayah menggendong bayi
- Ayah mengganti popok bayi
- Ayah memandikan bayi
- Ayah bermain dengan bayi
- Ayah bergurau dengan bay
- Ayah memijat bayi
Proses menyusui itu adalah kegiatan yang
tidak hanya melibatkan Bunda dan Bayi saja, namun faktor dukungan serta
keterlibatan sang Ayah sangatlah besar manfaatnya bagi kelancaran
proses menyusui.
Untuk itu, libatkanlah sang suami dalam proses merawat bayi.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah, Bunda harus menghindari hal-hal yang justru dapat mengurangi jumlah produksi bayi, apa saja kah itu?
- Bunda takut gemuk dan bentuk payudara berubah
- Bunda bekerja
- Bunda merasa atau takut ASI-nya tidak cukup
- Bunda merasa kesakitan, terutama saat menyusui
- Bunda merasa sedih, cemas, marah, kesal, dan bingung
- Bunda merasa malu saat meyusui
- Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI
Terlalu sering dan berlebihan memikirkan
tentang ASI dan menyusui ternyata juga bisa membuat 'tantangan'
tersendiri buat para Bunda. Kenapa? Karena ternyata hal ini bisa membuat
pasangan ibu dan bayi kesulitan mengenali tanda-tanda alami yang muncul
dari proses menyusui itu sendiri. Banyak penekanan apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh di lakukan pada Busui seringkali melupakan peran
bayi yang seringkali punya peranan sangat penting dalam menyusu. Karena
setiap Bunda memiliki pendekatan dan cara yang juga berbeda-beda dalam
menyusui karena situasi dan lingkungan mereka sendiri juga berbeda-beda.
Selain itu, banyaknya instruksi yang
diberikan pada busui juga bisa membuat mereka merasa menjadi tidak PD
dan inkompeten jika tidak bisa melakukannya. Jika hal itu terjadi, busui
juga bisa merasa tertekan dan kerja hormon oksitosin (hormon cinta) pun
akan drop yang mengakibatkan suplai ASI menjadi seret. IMD adalah salah satu upaya untuk mengajak bayi melatih instingnya sendiri
untuk bisa menyusu. Ini adalah ‘tugas’ bayi pertama kali.
Bayi biasanya memiliki tanda-tanda untuk
menkomunikasikan kebutuhannya dan ini butuh proses serta waktu buat
Bunda untuk mengenalinya.
Dilihat juga artikel tentang dunia perASIan lainnya ALA MAMAMILKY :
No comments:
Post a Comment